Beri aku jeda

>> Senin, 09 Maret 2009



Aku sedang membayangkan sebuah cuti yang terasa seperti libur panjang masa sekolah dulu. Waktunya sudah terjadwal dan ditunggu penuh rasa tak sabar. Apa yang nikmat dalam libur sekolah? Ini dia: tak ada peraturan sekolah, sepi dari perintah dan hardikan guru, bebas menikmati waktu, bertemu teman tanpa pembicaraan materi pelajaran, bisa berdiam diri seharian di kamar atau pergi tanpa seorang pun peduli. Apakah ada yang terlewat? Baiklah, mungkin juga saat libur itu ada diantara kita menemukan cinta pertama. Umumnya, semuanya mengalir begitu saja, ringan dan tak terbeban.

Aku tak ingat lagi, sudah berapa lama tidak menikmati kemewahan seperti itu? Sudah beberapa kali aku mendapat cuti sepanjang masa kerja. Biasanya, libur tahunan itu hanyalah jeda, sebuah spasi untuk statement berikutnya. Aku bisa mengambilnya kapan saja, tapi saat aku berada di dalamnya, sering kali bukan spasi itu yang kunikmati. Dengan hp yang siap menyalak setiap saat, libur itu lebih mirip tidur panjang dengan mimpi buruk. Jadi ingat bob munro (robin williams) dalam film runaway vacation. Wisata bareng keluarga memang sebaiknya tak membawa laptop, blackberry dan hp.

Sepertinya, jeda yang bernama cuti itu tidak melulu persoalan waktu tapi juga berkaitan dengan ruang. Lihatlah bagaimana pikiran mulai menegang kembali bahkan ketika waktu cuti masih satu dua hari lagi. Aku gagal menciptakan ruang yang lapang untuk memulai kembali aktifitas keseharian. Ruang dalam hati dan pikiranku masih berantakan, fragmented, dan terasa sempit hingga sulit bergerak bahkan untuk sekedar mengambil nafas. Ini yang membuatku kadang jadi kurang sensitif, tak kreatif, bahkan melakukan tindakan bodoh yang kusesali kemudian.

Aku mau cuti dan tak ada salahnya punya agenda membenahi ruang yang berantakan itu. Kurasa, masih banyak tempat kosong untuk berdiri dan -- dalam jarak yang cukup dan pandangan yang jelas tak terhalang, melihat ke dalam diriku. Mengenalinya apa adanya. Bukan aku sebagaimana selama ini direfleksikan oleh penilaian orang lain, oleh pencapaian-pencapaian (jika pun itu ada dan bukan sekedar ilusi), pun oleh kegagalan-kegagalan. Aku yang telanjang dan bisa merasakan udara yang bergerak di sekitarku, mendengar bisikan hati yang selama ini terabaikan dan melihat tanpa bantuan kacamata penuh distorsi. Kuharap dengan begitu aku bisa mendapatkan jeda yang sebenarnya dan tak perlu khawatir kekurangan tempat saat cuti itu usai…

(Apakah kamu selalu berhasil dengan cutimu?)

*photo: "Beyond Space Time" karya Sun Shaoqun

0 komentar:

Pengikut

  © Blogger template Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP