[Next] Penyembuhan penyakit melalui rekayasa genetika.

>> Rabu, 01 Juli 2009

Harian Kompas tanggal 6 Juni menurunkan laporan penelitian ilmuwan Jepang di bidang rekayasa genetika. Dari penelitian tersebut ‘dihasilkan’ primata transgenik yang diharapkan bisa menjadi terobosan bagi pengembangan terapi mengatasi gangguan syaraf otak. Pemanfaatan teknologi genetika untuk mengatasi penyakit ini sudah lama dikembangkan sejak penemuan teknik kunci dalam genetika molekular pada pertengahan tahun 1970-an. Sejak itu para ahli genetika mencoba menemukan gen-gen yang ‘bertanggung jawab’ atas munculnya penyakit tertentu, khususnya penyakit yang bersifat menurun.

Ada sebuah cerita menarik di novel Crichton ini.

Seorang dokter ahli penyakit dalam tiba-tiba digugat oleh seorang wanita yang tidak dikenalnya. Wanita itu ternyata adalah ‘anak biologis’ sang dokter. Bagaimana mungkin? Rupanya sewaktu kuliah dulu, dokter itu pernah menyumbangkan sperma secara anonim kepada seorang ibu melalui bank sperma. Persoalannya, sperma dokter itu ternyata mengandung gen-gen kecanduan AGS3 (ketergantungan pada heroin). Gara-gara gen sialan itu, wanita ‘anak biologis’ tersebut menjadi seorang pecandu dan hidupnya terlunta-lunta. Dengan segala cara dia berusaha mencari siapa pemilik sprema ‘bermasalah’ itu. Kegigihannya itu membawa hasil dan kini ia menggugat, ‘Kau seharusnya tidak boleh menyumbangkan sperma yang kurang baik... Kau adalah aib bagi profesi kedokteran. Membebani orang lain dengan penyakit genetismu...’

Penemuan gen-gen ‘biang kerok’ itu tidak serta merta membawa harapan bagi seluruh manusia karena para ahli genetika itu kemudian sibuk mematenkan penemuannya. Ini salah satu yang dikecam Crichton sebagaimana dia tulis di catatan penutupnya. Mematenkan gen adalah langkah yang tidak masuk akal. ‘...Memberi hak paten atas gen sama saja dengan memberikan hak paten atas besi dan karbon.’ Problem paten atas gen ini menyeret manusia pada persoalan justru mencemaskan. Crichton memberi contoh pada kasus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Penyakit menular ini memiliki tingkat kematian sepuluh persen dan telah menyebar ke puluhan negara seluruh dunia. Namun riset ilmiah untuk melawan penyakit ini justru terhambat gara-gara kekhawatiran menyangkut hak paten gen. Pada waktu itu ada tiga pihak yang secara bersamaan mengajukan paten atas genom SARS.

Catatan nomor satu dari Crichton berbunyi: hentikan membuat hak paten gen.

0 komentar:

Pengikut

  © Blogger template Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP